Friday, March 30, 2012

2

Jadilah penerang, cahaya dan harapan dalam kegelapan bagi lingkungan
Jadilah insan yang selalu bersyukur atas semua rahmat Ilahi
Jadilah wanita yang mempesona ahlak dan budi pekerti

Selamat ulang tahun Zianka
Tumbuhlah menjadi pribadi yang penuh empati
Tumbuhlan menjadi insan yang berguna

Semoga Allah selalu melindungimu
Semoga Allah selalui meridhoi langkahmu
Semoga Allah selalu menjagamu
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Tuesday, March 27, 2012

Belajar dari Pororo

Pororo si penguin kecil beserta teman-temannya, kartun animasi dari negeri Ginseng salah satu tontonan favorit Zianka sejak dia bisa duduk sendiri

Yang aku mau yang aku inginkan
Ayah dan ibu tak tahu
Baju-baju yang indah
Tapi bukan itu....
Yang aku mau yang aku inginkan
Hanyalah bermain bersama


Lirik di atas adalah sepenggal lagu dari salah satu episode dalam kartun Pororo. Meski dalam episode tersebut antara jalan cerita dan lagu latarnya menurut saya tidak nyambung namun lirik sederhana itu cukup mengena dan menusuk

Sebagai ibu bekerja, jelas waktu saya dan suami bersama Zianka sangat terbatas. Hanya di pagi dan malam hari saja itupun bila anaknya sudah bangun atau belum tidur. Alhamdulillahnya Zianka bangun disaat saya juga bangun sehingga meski sebentar masih sempat memberikan waktu untuk sekedar bermain, memandikan, atau bahkan menyuapi bila saya bisa datang agak siang ke kantor. Meski hanya beberapa menit namun sungguh berharga buat saya. Pulang dari kantor pun sebisa mungkin saya upayakan tepat waktu, dengan membuang rasa tidak enak saya karena selalu 'tenggo' saat tidak ada hal yang mendesak, apalagi dengan status saya sebagai anak baru. Saya benar-benar tak ingin kehilangan dan mensia-siakan waktu untuk Zianka yang terbatas. Walau pada akhirnya saya sering mendapat sindiran karena hal itu namun menurut saya selagi saya tidak melanggar peraturan perusahaan mengapa harus dipikirkan? Toh saya berusaha jujur dengan memenuhi kewajiban waktu kerja selama 9 jam

Postingan ini bukan bermaksud untuk menambah daftar panjang perdebatan ibu bekerja vs ibu tidak bekerja atau istilah kerennya working mom vs stay at home mom. Saya yakin setiap ibu akan berusaha memberikan yang terbaik untuk anaknya, dan pilihan dia (harus) bekerja atau tidak telah melaui pertimbangan matang dan latar belakang. Pada kenyataannya teman saya yang menjadi ibu rumah tangga malah iri dengan saya yang bekerja, sementara saya justru ingin seperti dia yang bisa sepenuhnya mengasuh, mendidik dan menemai anak. Sawang sinawang.........

Kembali ke lirik lagu Pororo, setiap mendengar lagu ini saya selalu merasa bersalah terhadap Zianka. Dengan waktu yang sudah cukup sedikit terkadang di rumah saya masih sibuk dengan BB hanyut dalam dunia maya sementara Zianka bermain di samping saya. Malu. Tertampar. Dan Pororo mengingatkan saya dengan lagunya yang sederhana. Baju, mainan bisa dibeli dengan uang namun waktu yang terbuang takkan pernah terganti. Apalagi usia 1-3 tahun adalah masa 'golden age' untuk perkembangan anak.
 
Maafkan Ibu ya Nak....semoga Ibu bisa lebih baik dalam memegang amanah Allah (berupa kamu) dengan menjadikan waktu yang terbatas menjadi lebih berkualitas. I Love You, Nduk

.::KRL Serpong antara Sudirman-Pondok Ranji::.
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Monday, March 26, 2012

Kue Kacang

Kue kering ini sering kita jumpai disaat Lebaran, meskipun diluar itu kita dengan mudah menemukan di warung-warung kecil yang dijual dengan harga satuan antara Rp 500 - 1000. Cukup murah, sebanding dengan harganya sehingga jangan harap kita dapat merasakan dominan kacang. Selain kastangel, kudapan ini juga menjadi favorit saya namun dikeluarga kami justru kue kacang jarang dibuat. Beda dengan nastar, kastangel dan wafer sembunyi yang menjadi langganan tiap tahun. Padahal saat coba googling resep ternyata cukup mudah lho membuatnya.


Kebetulan sekali ada sebungkus kacang tanah (kurang lebih 1 kg) yang sudah dikupas ulitnya kiriman dari mertua. Sebenarnya ada beberapa bungkus, namun karena saat itu kekurangan ide mau diapain akhirnya saya bagi dengan ibu saya dan hanya menyisakan sebungkus. Ada dua bulan kacang tersebut teronggok di kulkas tanpa disentuh hingga akhirnya saya teringat dengan hidangan sederhana ini. Akhirnya dengan membulatkan tekad untuk membuat kue kacang sebagai cemilan buat Zianka.


Saya menggunakan resep dari Dewi Joris yang terlihat paling mudah namun hasilnya tetap maksimal.


Bahan:
1 kg tepung terigu (saya menggunakan Segitiga Biru dan dikurangi)
500 gr gula halus (kebetulan ada sisa icing sugar, ga tau ukuran persisnya)
500 gr kacang tanah sangrai tumbuk
500 gr minyak goreng (yang berkualitas)
1 sdt vanili bubuk
kuning telur untuk olesan

Cara Membuat:
- Ayak gula halus dan terigu, masukkan vanili, kacang tumbuk, minyak goreng, aduk rata.
- Gilas adonan setebal kira-kira 5 mm (bisa lebih tapi jangan terlalu tipis), cetak sesuai selera, bisa berupa bulan sabit, bintang, hati atau yang lain.
- Taruh diloyang yang diolesi mentega, olesi bagian atas dengan kuning telur
- Panggang sampai matang 150 derajat celcius selama kira-kira 15-20 menit.



Karena tidak punya cetakan, maka saya bentuk bulat dengan tangan kemudian dipipihkan. Sewaktu masih panas, kue ini cukup lembek sehingga gampang pecah. Untuk memindahkan dari loyang perlu berhati-hati agar tidak pecah. Jadi kurang lebih 1,5 toples dan ludes dalam 3 hari saja.

Thursday, March 22, 2012

Alas Kaki Idaman

Dari kecil dilingkungan keluarga saya sudah dikenal sebagai perusak alas kaki. Sandal, sepatu baru hanya bertahan sebentar bila saya yang memakainya dan selalu berakhir dengan kerusakan. Entah itu putus pada jepitan kaki, lemnya lepas dan sebagainya. Sampai-sampai ada kaki saya dijulukin Kaki bersilet.

Beranjak dewasa, dengan ukuran kaki 39 yang cukup besar untuk wanita hal tersebut di atas masih tetap saja berlangsung. Pernah saya menaksir sepatu Puma yang ternyata harganya lumayan menguras kantong. Pada awalnya saya sendiri pun tidak tega mengeluarkan uang hampir setengah juta untuk sepasang sepatu saja, maklum biasa beli yang dibawah seratus ribu. Namun karena setiap lewat toko sepatu dan terpajang sepatu yang saya mau plus kebetulan sedang diskon akhirnya suami berbesar hati membelikan.

Bagaimana nasib sepatu Puma idaman saya? Ternyata hanya bertahan selama 1 tahun saja. Sekarang kondisinya meskipun masih bisa dipakai namun sudah tidak enak dipandang mata tapi kalau mau dibuang juga sayang. Jadilah si sepatu mengganggur teronggok di sudut rak.

Saat sepatu sandal warna warni mulai 'booming', saya tidak tertarik sama sekali. Terlebih saat itu ada berita mengenai kecelakaan di eskalator dimana korbannya adalah pengguna sandal tersebut dan anak kecil pula. Sampai akhirnya banyak blog dan pengguna sandal berlambang buaya tersebut memberikan testimoni bila kenyamanannya tiada tanding. Ibarat sedang jatuh cinta mulailah saya 'pdkt' dengan berusaha kenal lebih dekat. Mengingat keterbatasan dana di kantong wajar bila yang pertama saya cari tahu adalah harganya. Dan benar, ternyata lebih mahal dari sepatu Puma kenangan, hampir mendekati angka 1 juta.

Saya cukup tahu diri dengan kondisi keuangan dan berusaha melupakan sandal impian. Sampai saat lewat counter Kemang terpampang tulisan diskon dan kebetulan saya dan suami mampir. Tapi sampai di counter saya malah menangis dan memutuskan untuk tidak membelinya. Lima ratus ribu lebih hanya untuk sebuah alas kaki yang akan diinjak-injak dan mungkin menginjak kotoran? Sungguh tidak masuk akal, sayang lebihbaik untuk sewa truk untuk pindah rumah. Pikir saya saat itu dan kebetulan memang dalam persiapan pindah rumah. Jadilah sepatu/sandal impian tinggal kenangan.
"Lho bukannya ada tuh yang jual 200 ribuan, bahkan ada yang kurang dari itu? Kenapa ga beli itu saja?"
"Beli aja KW nya..."

Gambar diambil dari sini
Saya begitu mengidamkan sandal merek buaya terus terang karena ingin membuktikan senyaman apa bila dipakai. Kenapa orang rela mengeluarkan uang hampir 1 juta hanya untuk sebuah alas kaki, kelebihan apa yang dipunya selain merek yang terkenal? Apa akan awet bila saya yang mengenakan?
Semoga suatu saat rasa penasarn saya terjawab, doakan ya.......
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Tuesday, March 13, 2012

Daddy's Little Girl

Ketakutan saya pertama kali saat tahu bahwa anak yang saya kandung perempuan adalah bila Pendi, suami saya tidak dapat dekat dengan anak perempuannya. Alasannya karena dia menginginkan anak lak-laki (ketakutan yang sangat berlebihan sekali). Dan ternyata yang terjadi adalah kebalikannya, Zianka teramat sangat dekat dengan Ayahnya, dan ini menimbulkan kecemburuan saya.

Kata pertama yang Zia ucapkan dengan jelas setelah Mamam dan Nenen adalah Ayah. Bangun  tidur yang dicari selalu Ayahnya, mau tidur kalo Ayahnya belum masuk ke kamar ga bakalan deh tidur. Saat Ayahnya dinas keluar kota sebentar-sebentar dari bibir mungilnya keluar " Ayah mana ya....." diteruskan dengan mengambil handphone saya dan "Ibu, mau telpon Ayah". Pulang kantor saat saya masuk rumah, Zianka seakan tak peduli dan tetap sibuk dengan aktivitasnya. Namun begitu Ayahnya lewat dan tidak langsung menghampiri dia sudah pasti akan berlanjut dengan jeritan dan tangisan.


Dan benar bahwa bahagia itu sederhana. Bahagia saat melihat kedekatan Zianka dan Ayahnya.
 

Monday, March 05, 2012

Terkena HMFD (Flu Singapur)

Jumat lalu, pulang kerja disambut dengan Zianka yang "gendongan" sama si Mba. Mulai curiga sepertinya ada sesuatu, dan benar si Mba laporan kalo siang tadi sempet panas dan sudah diberi paracetamol. Saat itu juga saya sudah mulai curiga dan langsung mengarah ke Flu Singapur. Bukan tanpa sebab, karena sebelumnya tetangga satu komplek ada yang memasang status BB nya dengan Flu Singapur, dan setahu saya anaknya memang sedang demam. Terlebih lagi ternyata tetangga sekomplek yang lain juga terkena demam.

Malamnya ternyata demam masih berlanjut namun Sabtu pagi mulai turun. Demam, walaupun kelihatannya sepele namun justru paling membuat panik karena kemungkinannya bisa banyak. DBD, Typus semua berawal dari demam yang naik turun. Saya berusaha tenang dan melakukan pengecekan menyeluruh ke badan Zianka, tetap dengan asumsi dia terkena Flu Singapur atau HMFD. Awalnya saya tidak menemukan bintik-bintik merah jari tangan dan kaki namun menjelang siang Zianka menangis kesakitan sambil menggaruk kaki kanannya. Saat dicek ternyata ada beberapa bintik merah mirip cacar. Selain itu bibir bagian bawah nampak kencang ada bintik semacam sariawan. Langsung BBM ke dr Ami untuk konsultasi, dan diusulkan untuk pemberian Parasetamol bila demam masih tinggi sementara untuk sariawan tidak perlu diberi obat asal diperbanyak asupan cairan. Imbas dari penyakit ini adalah berat badan yang langsung berkurang akibat selera makan turun, padahal Zianka baru mulai doyan makan

Menurut Wikipedia, Flu Singapur atau HMFD (Hand, Foot, and Mouth Disease) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus RNA yang masuk dalam famili Picornaviridae (Pico, Spanyol = kecil ), Genus Enterovirus ( non Polio ). Genus yang lain adalah Rhinovirus, Cardiovirus, Apthovirus. HMFD tergolong penyakit menular, yang umumnya terjadi di musim panas dan musim gugur. Penularannya melalui kontak langsung dengan lendir, air liur, atau tinja orang yang terinfeksi. Masa inkubasi penyakit ini adalah 3-7 hari.

Gejala HFMD adalah:
     * Demam
     * Sakit kepala
     * Muntah
     * Kelelahan
     * Nyeri telinga
     * Sakit tenggorokan
     * Ruam tubuh, diikuti dengan luka dengan lecet pada telapak tangan dan telapak kaki. Hampir mirip dengan bintik karena cacar
     * Sariawan
     * Luka atau lecet pada bagian bokong anak-anak dan bayi
     * Kehilangan nafsu makan.
     * Diare

Hasil Gogling, penyakit ini umumnya sembuh dengan sendiri kurang lebih 7-10 hari. Namun ada juga beberapa kasus yang memerlukan perawatan serius. Cukup menenangkan meskipun tetap ada rasa khawatir. Untuk sementara Zianka dikarantina dalam rumah saja dengan maksud agar tidak menular kan virus. Tapi ternyata susah juga, kadang tangisannya meluluhkan untuk membawa keluar sekedar naik odong-odong langganan.

Cepat sembuh ya Nak......